Sabtu, 12 September 2020

Ketika Guru Dan Siswa Jenuh Belajar


Ketika Guru Dan Siswa Jenuh Belajar
Oleh Suhermi Widiastuti, M.Pd
Guru SMAN 9 Kota Bekasi

            Kejenuhan adalah hal yang pasti pernah dialami oleh setiap orang. Banyak reaksi yang dilakukan oleh orang-orang yang mengalami kejenuhan. Kejenuhan dalam aktifitas belajar mengajar biasanya terjadi karena aktivitas sama yang dilakukan secara berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Ketika kejenuhan belajar dialami oleh seorang guru maupun siswa yang setiap hari menghadapi lingkungan yang sama. Maka akan mengakibatkan hubungan yang tidak harmonis antara keduanya. Kejenuhan jika tidak segera diselesaikan dan berlarut-larut akan tercipta suasana yang tidak nyaman bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi berefek pada semua komponen kelas.
            Guru senantiasa dituntut untuk selalu belajar. Mempelajari hal-hal baru terkait apa yang diajarkannya kepada siswa. Hal ini bertujuan untuk membuat guru memiliki pengetahuan yang luas dan menjawab kedahagaan siswa akan ilmu yang diajarkan. Kejenuhan yang kerap melanda guru dalam proses belajar dan mengajar akan membuat para siswa kurang merasakan sentuhan hati dan keikhlasan dari sang guru.
            Rasa jenuh juga bisa tercipta karena ada keinginan-keinginan yang tidak tercapai atau tidak bisa dipenuhi oleh guru maupun siswa. Yang belum menemukan jalan keluarnya. Banyak masalah-masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar ini, diantaranya kurangnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan atau seringnya ketidakhadiran guru di dalam kelas. Padahal keberhasilah belajar ditentukan dan dipengaruhi oleh beberapa aspek. Salah satu aspek penentunya adalah guru yang selalu harus dievaluasi kinerjanya.
            Idealnya, sebagai seorang guru, tidak boleh terlihat jenuh di hadapan para siswa. Guru harus berusaha untuk selalu tahu banyak informasi dihadapan para siswa. Tidak boleh merasa bosan untuk belajar. Jika guru merasakan jenuh untuk belajar karena merasa sudah pandai dan menguasai materi yang diajarkannya, maka niscaya siswa tidak merasakan kepuasan terhadap apa yang diajarkan guru. Terlebih saat ini media informasi yang sangat mudah diakses oleh semua orang menawarkan pengetahuan yang terbuka luas dengan segala pengaruh positif dan negatifnya. Padahal para siswa butuh bimbingan guru agar tidak masuk ke hal-hal negatif dari internet.
            Media-media sosial dan dunia internet membantu guru maupun siswa untuk belajar banyak hal. Bagi guru belajar  banyak hal yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan mengajar adalah kewajiban. Dengan belajar guru mempunyai banyak variasi dalam mengajar dan memperdalam ilmu yang akan diajarkan, maka para siswa pun tidak akan merasa bosan dengan pengajaran yang diberikan. Bila para siswa merasa bersemangat saat belajar, maka mereka pun akan mencapai hasil yang diinginkan. Bagi guru, rasa lelah dan bosan akan bisa hilang jika melihat para siswa begitu semangat belajar. Karenanya guru sangat perlu belajar. Ilmu terus berkembang. Juga dalam hal ketrampilan mengajar dan kekayaan ilmu. Semakin kaya akan ilmu, maka gurupun akan semakin menjadi pengajar dan pendidik yang hebat.
            Ketika kejenuhan melanda para siswa, akan muncul rasa malas untuk mengikuti pembelajaran. Tentu saja hal itu yang harus dihilangkan, karena malas akan menyebabkan terhalangnya suatu keberhasilan. Kemunculan kejenuhan belajar bagi siswa bermula dari proses pengulangan kegiatan belajar dalam waktu yang  panjang  dan   tidak   menghasilkan  yang diharapkan. Sehingga, muncul merasaan jenuh. Corey (Cherniss, 1980) mendefinisikan kejenuhan belajar sebagai suatu keadaan kelelahan fisik, mental, sikap dan emosi individu atau pekerjaan karena  keterlibatan yang  intensif  dengan  pekerjaan dalam jangka waktu yang panjang. Kejenuhan  belajar  bisa menjadikan siswa  lebih  banyak  mengarahkan pikirannya ke arah yang negatif. Kemudian bisa terjadi hal-hal yang sekiranya tidak boleh dilakukan oleh siswa seperti bolos, tawuran antar pelajar, tidak mengerjakan PR, membangkang terhadap guru dan lain-lain.
            Seorang guru akan memperoleh kepuasan, apabila telah melaksanakan tugas pembelajaran dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan materi yang disampaikan  kepada siswa dapat diterima, sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat dicapai. Masalah penting yang mendasar bagi guru dalam proses belajar mengajar di kelas adalah bagaimana upaya untuk memperbaiki pembelajarannya sehingga materi yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa dengan mudah.
            Disisi lain, untuk menghilangkan kejenuhan dalam proses belajar mengajar, selain menggunakan variasi belajar, proses belajar mengajar juga harus menyenangkan. Rasa jenuh biasanya berakar dari hati yang kurang mampu bersyukur dari hal-hal sederhana juga merasa apa-apa yang dilakukan tidak mendapatkan apresiasi, bagi guru bisa dari atasan atau bagi siswa dari guru sendiri. Sebagai manusia pendidikan harus memiliki hati yang bisa bersyukur dalam segala keadaan, maka baik guru maupun siswa akan menampilkan diri sebagai pribadi yang bersemangat dalam menuntut ilmu. Jadi, jangan sampai guru dan siswa menjadi malas untuk belajar.

Pustaka : Cherniss (1980). Staff Burnout Job Stress in The Human Service. London : Sage Publications.

Dimuat pada Radar Bekasi

REFLEKSI ORASI KEPEMUDAAN SOEKARNO TERHADAP SEMANGAT KEBANGSAAN PARA GENERASI MILLENIALS


REFLEKSI ORASI KEPEMUDAAN SOEKARNO TERHADAP SEMANGAT KEBANGSAAN PARA GENERASI MILLENIALS

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” (Bung Karno).

            Kutipan orasi kepemudaan Soekarno pada masa sumpah pemuda menyentak semangat kebangsaan para pemuda dan menggugah hati serta jiwa anak bangsa saat itu. Kesadaran akan potensi besar yang dimiliki oleh generasi muda ternyata sudah disadari oleh Presiden Ke-1 RI Ir. Soekarno sejak era kemerdekaan. Dengan upaya menyentuh semangat kepemudaan yang digelorakannya melalui orasi. Kutipan orasi sang Presiden ini, memberikam pesan yang sangat kuat bagaimana pemuda bisa menciptakan perubahan pada kemajuan bangsa. Bahkan kelak dikemudian hari orasi tetap dikenang untuk menggelorakan semangat kebangsaan para pemuda Indonesia.
            Peran pemuda dalam merebut kemerdekaan sangat diandalkan untuk bertempur melawan penjajah dengan kekuatan tenaga, siraman darah, dan cucuran keringat bahkan dengan mempertaruhkan nyawa demi merebut NKRI dari tangan penjajah. Sampai pada munculnya sumpah pemuda ditahun 1928 yang digagas oleh para pemuda dan menjadi pengikat nasionalisme bangsa. Semangat sumpah pemuda ini bahkan jauh sebelum diucapkan para pemuda sudah terbentuk, berawal dari adanya gerakan anak muda berbagai daerah yang tergabung dalam berbagai organisasi pemuda semisal Jong Java, Jong Sumatren bond, Jong Celebes, dan sebagainya. Kemudian pasca sumpah pemuda digaungkan, seluruh penduduk Indonesia menjadi bangsa yang bersatu, berbahasa satu, dan bertanah air satu yaitu Indonesia. Sumpah pemuda merupakan sebuah keputusan  politik yang diciptakan para pemuda saat itu untuk menjadi pondasi bersatu dan berbangsa hingga saat ini.
            Orasi Bung Karno tersebut menjadi inspirasi para pemuda hingga sekarang, bahwa perubahan ada di tangan para pemuda. Era millennials saat ini tentu banyak tantangan yang harus dihadapi dan dijawab oleh generasi muda, salah satunya globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Tentunya segala tantangan tersebut harus dihadapi dengan cara yang tepat dan cara yang cerdas bukan dengan kekuatan fisik semata seperti di era merebut kemerdekaan.
            Semangat dan optimisme yang pernah digelorakan oleh pendiri bangsa, Bung Karno, harus menjadi inspirasi bagi generasi untuk membangun bangsa. Semangat tersebut masih sangat relevan dalam menghadapi tantangan globalisasi. Semangat Bung Karno harus terus digelorakan di kalangan generasi muda. Perubahan bangsa kedepan berada di tangan para pemuda Indonesia. Dalam menghadapi globalisasi yang semakin kompleks, kapasitas, intelektual, serta moralitas harus terus ditingkatkan melalui pendidikan berkesinambungan.
            Walaupun Indonesia telah merdeka, bukan berarti generasi muda tidak memiliki tanggungjawab. Justru sebagai generasi muda banyak hal yang perlu dilakukan untuk mengisi kemerdekaan Indonesia, banyak peran yang harus dilakukan untuk mengisi kemerdekaan Indonesia.
Beberapa hal penting yang dapat para generasi millennials lakukan dalam mengisi kemerdekaan Indonesia, diantaranya, 1) melestarikan kebudayaan Indonesia yang merupakan negara kaya akan ragam suku dan budaya dari berbagai daerah. Sudah sepatutnya sebagai generasi muda harus melestarikan dan menjaganya dengan baik. 2) Menjaga Kebhinekaan. Kata bhineka tunggal ika ini berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya adalah berbeda-beda tetapi tetap satu. Jadi, walaupun kita berbeda suku, budaya maupun agama kita tetap satu, kita harus tetap saling menghargai sesama. 3) Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang dibentuk berdasarkan semangat kebangsaan (nasionalisme) oleh bangsa Indonesia yang bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. 4) Menggunakan produk-produk buatan dalam negeri walau saat ini banyak produk buatan negara lain masuk ke Indonesia. Sebagai generasi muda, harus tetap mencintai dan menggunakan produk-produk buatan dalam negeri. 5) Melakukan inovasi karena sebagai generasi muda harus bisa menciptakan hal baru yang bersifat positif yang berguna bagi Indonesia. Karena pemuda sebagai agen inovasi dan pembaruan dalam peradaban dunia harus ikut andil dalam pembentukan karakter bangsa.
            Pada hahekatnya, perjuangan Indonesia sebagai bangsa belum selesai. Untuk itu, menuntut adanya peran serta berbagai elemen bangsa guna mewujudkan cita-cita Indonesia. Karenanya partisipasi pemuda sangat dibutuhkan untuk bersaing dengan dunia global. Dunia saat ini memasuki era millennials. Era ini digambarkan sebagai sebuah periode waktu di mana teknologi berkembang pesat dan menjadi sebuah gaya hidup bagi generasi di dalamnya.
Tantangan generasi millennnials kini adalah kemajuan teknologi yang kian menggilas mental para generasi muda. Salah satu fenomena yang saat ini menjadi sangat populer yaitu perkembangan smartphone yang menjadi salah satu faktor lunturnya budaya bangsa. Kini generasi millennials hanya fokus pada dunia maya dari pada kehidupan sosialnya.  Padahal perlu para pemuda sadari bahwa mereka adalah target dan sasaran globalisasi dan modernisasi.
            Pemuda sekarang, bukan lagi dijajah secara fisik, tetapi dijajah pola pikir dan gaya hidupnya. Kini di era globalisasi dan modernisasi ini, budaya individualis, instan, konsumerisme, dan hedonisme mendominasi mental para pemuda. Padahal para pemuda sebagai tampuk perubahan bangsa menjadi lebih baik. Berangkat dari sejarah, pemuda merupakan sosok yang memiliki idealis, keberanian, penuh kreativitas, serta sebagai promotor pergerakan. Pemuda merupakan tempat bergantungnya harapan bangsa ini. Harapan sebagai pelestari kebudayaan bangsa yang bermoral, bermartabat dan berdaulat. Ditangan pemuda bergantung harapan dan cita-cita bangsa. Harus mampu keluar dari permasalahan yang timbul dari dampak negatif kemajuan zaman.
            Oleh karenanya, refleksi orasi Bung Karno tentang nilai kepemudaan dalam membangun rasa kebangsaan masih sangat relevan. Berawal dari sumpah pemuda sebagai gerak kebangsaan, bahwa kita, pemuda-pemudi Indonesia adalah pemegang peran penting dalam sejarah kemajuan bangsa. Kepada pemuda harapan bangsa Indonesia di masa kini dan masa depan bertumpu. Pemuda menjadi sebuah harapan yang akan menggelorakan semangat juang bangsa Indonesia agar terus berkarya. Sehingga bangsa kita menjadi bangsa yang berjaya, bangsa yang disegani dunia Internasional.
            Maka sebagai pemuda Indonesia era millennials, seyogyanya membuktikan kepada dunia bahwa pemuda Indonesia mampu menggerakkan kemajuan Indonesia. Dengan semangat kebangsaan dan gelora kepemudaan yang pernah diucapkan Bung Karno melalui orasi-orasinya, untuk menyatukan tekad agar Indonesia terus berjaya.


Suhermi Widiastuti, M.Pd
Guru SMAN 9 Kota Bekasi

Dimuat pada buku antologi kepemudaan

Outing Class ke Desa Wisata: Upaya Pelestarian Budaya Daerah


Outing Class ke Desa Wisata: Upaya Pelestarian Budaya Daerah
Oleh : Suhermi Widiastuti, M.Pd
Guru SMAN 9 Kota Bekasi

            Dalam sebuah proses pembelajaran, salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa, guru dan lingkungan sekitar adalah outing class. Metode pembelajaran ini dilakukan peserta didik di luar ruangan atau kelas yang bertujuan membekali keterampilan siswa dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Outing class merupakan salah satu program pembelajaran yang bertujuan memberikan ketrampilan dan keahlian dasar tertentu sebagai sarana menumbuhkan kreativitas siswa. Selain itu outing class merupakan metode belajar yang menyenangkan dan dapat diterapkan disemua mata pelajaran. Selama proses pembelajaran outing class guru dan siswa lebih dapat membangun kedekatan dan tentunya menyenangkan. Materi yang diajarkan juga tetap fokus tujuan dan diharapkan hasilnya sangat baik. Manfaat metode belajar ini akan menambah pengetahuan dan kecintaan siswa terhadap alam sekitar, mengurangi kejenuhan dalam belajar sehingga mudah menerima informasi, menumbuhkan kepedulian tentang lingkungan hidup, meningkatkan kreativitas dalam menulis dan bercerita, serta memberikan motivasi belajar.
            Salah satu tujuan outing class yang dapat dijadikan tujuan adalah ke desa wisata. Sebuah desa yang terdiri dari para penduduk suatu wilayah terbatas,  saling berinteraksi secara langsung dan memiliki kepedulian serta kesadaran secara bersama-sama memberdayakan potensi sesuai ketrampilan dan kemampuan masing-masing. Dengan tujuan yang ingin dicapai adalah tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan lokal yang dikelola secara bersama-sama sehingga tercapai peningkatan pembangunan daerah melalui kepariwisataan dan memanfaatkannya bagi kesejahteraan masyarakat di wilayah itu.
Desa wisata menurut WTO (1990)  sebagai upaya pengembangan dan pengelolaan wilayah berupa pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang dilakukan dan diarahkan agar dapat memenuhi aspek ekonomi, sosial dan estetika. Serta dapat menjaga keutuhan dan atau kelestarian ekologi, keanekaragaman hayati, budaya serta sistem kehidupan. Desa Wisata dibentuk  untuk memberdayakan masyarakat agar dapat berperan sebagai pelaku langsung dalam upaya meningkatkan kepedulian dalam menyikapi potensi pariwisata di wilayah mereka agar dapat berperan aktif serta memiliki kesadaran akan pelestarian budaya lokal dengan memperkenalkan, melestarikan dan memanfaatkan potensi budaya tersebut sebagai daya tarik wisata yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat daerah tersebut.
            Pelestarian budaya melalui kegiatan outing class yang dilakukan ini efektif untuk melestarikan budaya, tradisi, dan berbagai warisan sejarah. Dalam jaman globalisasi dan perkembangan teknologi imformatika yang sangat pesat yang didukung dengan arus modernisasi yang semakin berkembang, tidak sedikit budaya tradisi mengalami pendangkalan, bahkan banyak pula mulai luntur atau hilang. Desa Wisata berbasis masyarakat nampaknya dapat melestarikan budaya tradisi nusantara. Pemerintah pusat dan daerah telah melakukan berbagai upaya pembinaan dan pengembangan budaya tradisi sesuai dengan amanat UUD 1945 yang dijabarkan dalam Undang Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan. Sesuai dengan amanat tersebut budaya tradisi perlu dikembangkan dan dikemas secara kreatif dan inovatif dalam melestarikan budaya melalui melalui wisata budaya berbasis pemberdayaan masyarakat.
            Pentingsari adalah salah satu contoh desa wisata yang berlokasi di Sleman Yogyakarta. Destinasi wisata di desa ini mulai dari wisata sejarah, wisata alam, wisata budaya, sampai ke wisata kuliner. Perjalanan yang pernah penulis rasakan ketika mendampingi siswa untuk outing class di desa ini sangat berkesan. Desa ini diresmikan tanggal 15 desember 2005. Desa Wisata Pentingsari ini menawarkan keaslian budaya, alam dan sosial sebagai daya tariknya. Dari peta bentuk geografi, desa wisata Pentingsari ini memiliki bentuk yang unik bentuknya seperti semenanjung, disebelah selatan terdapat lembah ponteng dan Gondoran, di sebelah barat ada lembah yang curam yaitu kali kuning, disebelah timur ada lembah kali pawon dan disebelah utara ada pemukiman warga sekitar dan hamparan luas dari pemandangan gunung Merapi.
            Desa Wisata Pentingsari ini memiliki beberapa aspek unggulan yang membuat tempat ini banyak diminati banyak orang untuk menjadi tempat wisata dan layak sebagai tempat mengenal budaya lokal daerah tersebut. Aspek pertama yaitu pemandangan alam dengan sawah luas yang masih asri. Aspek yang kedua yaitu sistem kerja dan pemberdayaan warga sekitar. Dan aspek yang ketiga yaitu budayanya, masyarakat di Dusun Pentingsari ini membangun bentuk rumah khas Joglo, sampai homestay yang dimilikinya banyak yang berbentuk rumah khas Joglo.
            Kegiatan outing class yang dilakukan siswa selama di desa adalah kegiatan keseharian para penduduk desa ini antara lain, membatik, membuat kopi, membuat janur, menanam padi, membajak sawah, memandikan kerbau di sungai sampai pada belajar memainkan gamelan tak lupa pula siswa disuguhkan aneka macam makanan khas wilayah tersebut. Semua kegiatan yang dilakukan oleh para siswa tersebut, mengajarkan bagaimana mengenal keseharian penduduk desa dengan latar belakang mata pencaharian dari bertani, berladang dan berdagang. Siswa juga mengenal langsung kebudayaan daerah lokal tersebut yang sepatutnya dilestarikan sebagai kebudayaan nusantara. Karenanya, kegiatan semacam ini perlu dilakukan sebagai salah satu metode pembelajaran langsung selain sarat akan pembelajaran tentang kehidupan juga sebagai sarana rekreasi edukatif yang menjadi salah satu pemberian motivasi belajar setelahnya.  

Dimuat pada radar Bekasi

  MODUL AJAR MANUSIA, RUANG DAN LINGKUNGAN     I.           IDENTITAS MODUL                                                 ...