Dari banyak buku yang saya baca, buku ini yang menurut saya cukup memorable. Dilihat dari cover hingga penulisan tiap lembarnya cukup memanjakan pembaca agar tidak bosan membaca. Banyak tulisan yang merupan headline ditulis dengan huruf besar dan di bold memudahkan pembaca mencari bagian mana yang sesuai dengan apa yang dicari dalam buku tersebut.
Bicara kontennya, buat saya pembahasan tentang kecerdasan majemuk ini jelas sangat luarbiasa.
Terlebih profesi saya yang seorang guru, maka buku ini menjadi buku yang tepat untuk dibaca.
Buku yang ditulis oleh Julia Jasmine, M.A ini berjudul Mengajar Dengan Metode Kecerdasan Majemuk yang cetakan tahun 2007 dengan penerbit dari Nuansa, Bandung.
Sebagai seorang guru, memang sudah seharusnya mengajar dengan tetap memperhatikan kecenderungan bakat minat masing-masing siswa karena pastinya keragaman latarbelakang siswa berkaitan erat juga dengan kecerdasan majemuk, sehingga metode yang pertama kali dicetuskan oleh Howard Gardner bahwa ada sembilan kecerdasan alami yang masing-masing dimiliki oleh siswa. Setiap individu umumnya memiliki satu kecerdasan yang dominan. Agar kecerdasan siswa bisa tetap bertahan dan semakin berkembang, maka peran orangtua, lingkungan sekitar, sekolah, dan berbagai pihak sangat diperlukan.
Kesembilan kecerdasan yang diidentifikasikan oleh Gardner (1983) adalah:
1. Kecerdasan linguistik (berkaitan dengan bahasa)
2. Kecerdasan logis-matematis (berkaitan dengan nalarlogika dan matematika)
3. Kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar)
4. Kecerdasan musikal (berkaitan dengan musik, irama dan bunyi/suara)
5. Kecerdasan badani-kinestetik (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh)
6. Kecerdasan interpersonal (berkaitan dengan hubungan antarpribadi, sosial)
7. Kecerdasan intrapersonal (berkaitan dengan hal-hal yang sangat mempribadi)
8. Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali dan memahami lingkungan alam. Contoh kecerdasan naturalis adalah tertarik mengoleksi kupu-kupu atau merawat tumbuhan.
9. Kecerdasan kebermaknaan atau Kecerdasan eksistensial merupakan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh seseorang yang mampu menempatkan dirinya sendiri.
Dengan mengenal kesembilan macam kecerdasan ini maka, sebagai guru kita dapat dengan mudah menentukan bagaimana pola dan metode yang tepat untuk menyampaikan materi pada masing-masing individu ini.
Dalam buku ini pula dijelaskan bahwa pada Teori Kecerdasan Majemuk, tingkat tertinggi dalam gagasan tersebut adalah bahwa perbedaan individu berperan penting dalam proses pendidikan dan sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa belajar, di samping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat
Teori kecerdasan majemuk diterangkan bukan hanya mengakui perbedaan individual untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian, tetapi juga untuk menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar, bahkan menarik dan sangat berharga.
Masih dalam buku ini, Howard Gardner, menjelaskan bahwa mungkin ada lebih banyak lagi kecerdasan daripada tujuh kecerdasan yang telah didefinisikannya, khususnya dalam budaya-budaya lain.
Gardner menggarisbawahi bahwa manusia tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tapi ada banyak jenis kecerdasan.
Namun bisa saja kecerdasan yang dimiliki seorang anak pun tidak hanya satu jenis, bisa gabungan dari beberapa jenis kecerdasan. Contohnya, anak yang unggul dalam melukis mungkin unggul juga dalam kecerdasan verbal-linguistik, tetapi mereka kurang di kecerdasan kinestetik.
Dengan demikian, daftar kecerdasan majemuk dapat disusun ulang dan ditambahkan. Tujuan riil membuat dan menyusun suatu daftar juga adalah “untuk mengangkat kemajemukan kecerdasan” (Gardner, 1993). Tidak menjadi soal, apakah ada jenis kecerdasan lebih banyak atau tidak, ketujuh kecerdasan yang telah ditawarkan oleh Gardner adalah langkah raksasa menuju suatu titik yang diharapkan, baik oleh individu maupun oleh lembaga yang berwenang.
Dan dalam proses belajar, peran orangtua pun sangat menentukan keberhasilan metode belajar yang digulirkan oleh guru. Orang tua haruslah dianggap sebagai pakar rumahan tentang anak-anak mereka sendiri. Guru harus secara cepat memperoleh pengetahuan mengenai kekuatan dan kelemahan anak-anak dari orang tuanya masing-masing. Agar tingkat keberhasilan dalam proses pendidikan dapat diperoleh dengan maksimal. Ada kerjasama guru dan orangtua.
Orangtua harus faham.bahwa seorang anak tak harus unggul di setiap jenis kecerdasan. Namun, bakat atau kecerdasan tertentu yang dimiliki harus terus diasah. Indikator keberhasilan dari kecerdasannya tidak hanya berdasarkan skor atau penilaian saja. Dalam Gardner mengatakan, kemampuan seorang anak menyelesaikan masalah, menghasilkan persoalan baru untuk diselesaikan, hingga menciptakan sesuatu dari kecerdasan yang dimiliki merupakan indikator kecerdasan majemuk. Kecerdasan yang dimiliki seseorang dinilai berdasarkan apa yang sudah dikerjakan, bukan apa yang tidak bisa dikerjakan. Dengan kata lain, semua anak memiliki kecerdasannya masing-masing. Dan hal ini yang perlu difahami oleh semua pihak, baik guru, orangtua bahkan masyarakat luas. Agar tak ada lagi yang mangatakan ada anak bodoh karena tak pandai berhitung atau sebaliknya ada anak pintar karena jago berhitung. Padahal kecerdasan si anak jelas dibidang musik.
Dalam kurikulum yang saat ini dikembangkan, ada Kurikulum berdiferensiasi yaitu proses modifikasi atau adaptasi kurikulum sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang berbeda dalam satu kelas. Kurikulum Berdifensiasi membuat peserta didik lebih bisa memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya.
Artinya, kurikulum berdiferensiasi ini bisa disandingkan dengan metode mengajar yang mengedepankan kecerdasan majemuk. Sehingga dalam penilaian akhirnyapun menggunakan bentuk penilaian terdiferensiasi dengan standar penilaian yang tentunya sudah disesuaikan.
Akhirnya, saya sebagai guru, sangat mengapresiasi buku ini, meski sudah diterbitkan lama tetapi isi nya masih sangat relevan sampai saat ini, terlebih dalam kurikulum merdeka yang saat ini digunakan dalam dunia pendidikan menggunakan pendekatan terdiferensiasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar