Kamis, 07 Oktober 2021

Selendang Dara (Part 2)

 

#Cerita_bersambung

 

                                            Gambar by design canva

            Seperti rencana awal, Dara dan beberapa teman yang semester ini mengambil kata kuliah yang sama, akan mengikuti kegiatan penelitian terkait dengan mata kuliah geografi hewan dan tumbuhan di daerah selatan Jawa barat, tepatnya di sebuah hutan kecil berbatasan dengan desa Sendang Agung. Hutan yang cukup mewakili kebutuhan penelitian yang diminta oleh dosen pengampu.

            Pagi ini Dara bangun tanpa perlu digedor-gedor pintu kamarnya oleh Amel, tetangga kamar kostnya yang setia membangunkan Dara hampir tiap hari, karena tahu Dara kesulitan bangun pagi-pagi untuk sholat shubuh. Tapi kali ini, sepagi ini Dara sudah terlihat rapi. Sebuah ransel dan tote bag sudah siap di bawa nya ke kampus. Dara melirik jam dinding di kamarnya, seakan tak sabar menunggu Andini yang akan menjemputnya agar bisa berangkat bersama ke kampus.

            Tak lama, suara klakson mobil membuyarkan lamunan. Dara bergegas menuruni anak tangga menuju ke jalan dimana Andini memarkirkan mobilnya. Dara berjalan lebih cepat, dia tidak mau kena ocehan Andini karena lelet yang menurutnya sering menyusahkan. Sambil berteriak Dara berpamitan pada Amel untuk pergi.

“Eh Ra, udah lengkap belom barang-barang yang mau di bawa ke desa Sendang Agung?,  bawa cemilan banyak kan? Jangan sampe kita ga punya cemilan nanti,” Ujar Andini.

“Udah, nih satu tote bag penuh ama makanan, kemaren gue beli di Indoapril,” ujar Dara, “Sengaja gue beli banyak buat nyumpel mulut lu biar ga lemes ama kak Biem.” Kata dara melanjutkan. Andini tergelak, sambil tetap fokus menyetir mobil yang melaju cukup kencang karena lalu lalang kendaraan belum ramai.

            Jumlah mahasiswa di kelas berjumlah empat puluh orang dan tiga orang beda angkatan yang baru mengambil mata kuliah tersebut. Dan Biem ditunjuk sebagai penanggungjawab dari kegiatan tersebut karena merupakan salah satu mahasiswa senior diantara yang lain. Terdapat delapan kelompok yang dibagi secara acak dari kelas tersebut. Entah bagaimana usaha Andini dalam merayu panitia, yang pasti Dara dan Andini  berada dalam kelompok yang sama.

            Perjalanan memakan waktu sekitar enam jam. Saat ini mulai memasuki yang masih asri. Sepanjang jalan yang dilalui selepas melewati pusat kota di wilayah ini berupa hamparan sawah dan perkebunan dengan pepohonan tinggi dan layak disebut hutan.  Tak banyak juga menemui kendaraan pribadi atau minibus berlalu lalang. Kerap berpapasan dengan mobil pengangkut kayu atau hasil kebun juga hasil pertanian yang akan dijual di pusat kota.

            Memasuki desa Sendang Agung, waktu menunjukkan pukul 15.00 sore. Bis yang mereka tumpangi hanya bisa masuk sampai ujung jalan kecil yang masih berupa aspal yang sudah bercampur dengan tanah serta dikelilingi dengan pepohonan yang cukup lebat, berderet memanjang mengikuti jalan yang akan mereka lalui menuju desa Sendang Agung. Untuk menuju rumah penduduk, masih harus menempuh jarak sekitar satu kilometer dengan melewati perkebunan, area pesawahan dan area hutan kecil. Kontur daerah di desa ini cenderung naik turun, sehingga Dara sedikit kelelahan membawa koper dan tas ransel juga tote bag miliknya.

            Tiba-tiba ada tangan yang meraih koper bawaan Dara. Dia tersentak dan menatap sepasang mata teduh dengan senyum ramah telah berada di sisinya, seraya melanjutkan mengambil alih koper yang tadi berusaha dia pertahankan ketika tangan tak dikenali berusaha mengambilnya, dia adalah Biem.

“Gue liat elu kelelahan banget, kata Andini elo ga terbiasa ikut acara beginian, daripada pingsan dan malah nyusahin semua, mending gue bawain,” katanya sambil berlalu.

            Dara tak sempat menjawab, langkahnya melambat, debar jantungnya seperti tak bisa dikendalikan,

‘Tadi itu apa sih? kok gue jadi kaya ga bisa mikir, beneran itu kak Biem?’ kata Dara dalam hati.

             Demi menata debaran jantungnya, dan rasa haus yang tiba-tiba menyerang, kemudian berjalan melambat, beberapa temannya menyapa gadis itu hendak kemana, dan Dara menjawab ingin minum dan istirahat sejenak. Dalam posisi dibarisan paling belakang, matanya memindai sekeliling, nampak ada sebuah warung kecil yang sangat sederhana di sisi kiri jalan agak menjorok ke dalam. Dekat dengan sebuah pohon besar, sepertinya di sana dia bisa sekedar membeli minuman sebentar, pasti tidak akan lama.

            Dara berjalan ke arah warung tersebut, herannya tak satupun teman-temannya yang mengingatkan atau bertanya kepadanya, mungkin karena posisi Dara berjalan paling belakang. Andini pun entah juga ada dimana, apalagi Biem, tak terlihat lagi, mungkin juga sedang mengatur para peserta lainnya.

            Dara, bergegas berjalan menuju warung, khawatir juga akan tertinggal, tapi sekitar lima langkah lagi sampai ke arah warung, kepalanya membentur dahan kering yang menjuntai, Dia mengaduh dan mengerjap-ngerjapkan mata. Herannya, warung sudah tidak nampak lagi di hadapannya. Hutan kecil yang dia lewati ini berbeda suasana dengan sebelumnya, dan barisan memanjang teman-temannya pun tak nampak satu orangpun, harusnya ketika langkahnya bergegas menuju warung tak memakan waktu tiga menit pastilah teman-temannya belum menjauh. Tapi kini dia sendiri di hutan kecil ini. Bahkan sangat asing dari sebelumnya.

            Dara berbalik, menyusuri jalan yang tadi dia lewati, ‘ini dimana?,’ kata batinnya. Ketakutan mulai menyergap hatinya, tak terasa cairan panas di matanya meluncur deras. Dara merasa sangat putus asa. Tak tau mau kemana dan meminta tolong siapa untuk menunjukkan padanya jalan pulang. Dara terduduk sambil memeluk kedua kakinya, membenamkan kepada diantara dua lutut,  Dia menangis sesenggukkan.

            Dan entah dari arah mana, seseorang datang dengan mengendarai seekor kuda putih mengagetkannya, pemuda itu mengenakan pakaian ala kerajaan, mungkin sedang dalam proses syuting sebuah film kolosal, Dara tak peduli setidaknya ada orang yang bisa di mintai tolong untuk menunjukkan jalan pulang atau menuju desa tempat dia dan teman-temannya akan  melakukan penelitian.

 


10 komentar:

  1. Wah,Dara pergi ke dunia lain ni,ga lagi sama teman-temannya, tapi sama pangeran.hehe

    BalasHapus
  2. iyaa mas ugi, time travel dia, bisa ketemu pangeran tamvan berkuda putih

    BalasHapus
  3. waduuh ada pangeran berkuda putih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi gausah ketemu dah yaa kak kita mah, biar Dara aja

      Hapus
  4. Bayangin Dara diperankan sama Tatjana Saphira Bu :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa yaa pas banget, wajahnya cantik tapi lugu

      Hapus
  5. Wah ada perjalanan waktu gitu ya
    Terus ibuk dosen pas nulis kepikiran apa sama kuda putih ya hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inget Lee Goon yang diperanin Lee Min Ho di drakor The King Eternal Monarch, kudanya putih namanya maximus, gagaaaaaahhhh jadi Raden Arya Sena mirip-mirip lah yaa ama Lee Goon hehehhe

      Hapus
  6. Daraa kok berani sih Dara pisah gitu ma teman-teman nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau beli minum dowangan di warung pinggir jalan, gegara disapa Biem, kan kadang cinta itu menaikkan level keberanian kak, haseeekkk

      Hapus

Kesan Pesan Untuk Blogspedia15DaysBlogChallenge

Ga kerasa, udah berakhir aja blog challenge rutinnya dari  blogspedia . Jujur banget, awal mau ikut rasanya maju mundur karena p...