Jumat, 08 Oktober 2021

Selendang Dara (Part 3)

 #Cerita_Bersambung

 

                                                                                                  Gambar by Canva

 

            Dalam kebingungan dan kekalutan yang dirasakan Dara,  kala dia merasa asing sendirian di tempat yang baru tiga menit lalu dilewatinya bersama rombongan teman-teman sekelasnya menuju desa Sendang Agung dan berniat melakukan penelitian terkait mata kuliah geografi hewan dan tumbuhan di hutan yang berbatasan dengan desa kecil tersebut. Tapi tak tampak lagi teman-temannya bahkan tidak ada jejaknya sedikitpun, padahal dia hanya melangkah menuju warung kecil di sisi jalan untuk membeli minuman. Dan kini bahkan warung kecil itupun ikut menghilang.

            Sosok pemuda menunggangi kuda putih yang entah berasal dari arah mana menghampiri. Dengan mengenakan pakaian ala kerajaan seperti dalam film kolosal yang pernah dilihatnya dilayar kaca, memperhatikan Dara dengan tatapan heran.

“Diajeng siapa? dan kenapa ada di hutan menjelang malam begini?,” katanya.

Dara mendongak, sesaat terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan pemuda itu, mengapa dia berbicara dengan bahasa yang seperti dalam script naskah drama yang diperankannya. Tangan pemuda itu menjulur,

“Namaku Satria Arya Sena Abimanyu, Panggil aku Raden Arya Sena, aku putra tumenggung Raka Sena Abimanyu, siapakah gerangan Diajeng ini? mengapa seorang diri?,” Ujarnya, lalu pemuda itu melanjutkan bertanya,  “Sepertinya Diajeng dari daerah yang jauh jika ditilik dari pakaian yang Diajeng gunakan.”

“Namaku Dara, Dara Gendis Prameswari, aku dari Jakarta, akan melakukan penelitian mata kuliah di hutan kecil dekat dengan desa Sendang Agung, “ kataku, “Bisakah kamu membantuku mengantarkan aku ke desa tersebut?, aku tersesat dan ketinggalan dari teman-temanku.”

Dahi Arya Sena berkerut tanda berfikir, sepertinya penjelasan yang Dara ucapkan tidak bisa dimengerti olehnya.

“Desa Sendang Agung?, tak ada nama desa ini di sekitar sini, aku sering melakukan perjalanan, seperti berburu atau sekedar berjalan-jalan menyapa rakyat di keresidenan ini, desa terdekat dari sini adalah tempat tinggalku, desa Jantura,

Hari semakin gelap, Diajeng ikut saja sementara ke rumahku, khawatir ada binatang buas di sini jika sendirian.”

            Tak ada pilihan lain bagi Dara, walau banyak pertanyaan dikepalanya membutuhkan jawaban, tapi saat ini dia memang membutuhkan tempat untuk beristirahat, agar lelahnya sehabis menempuh perjalanan menuju ke sini dan kekalutannya tadi yang secara tiba-tiba hadir bisa hilang dengan beristirahat. Mungkin esok hari bisa dicari desa yang dia dan teman-temannya tuju. Beruntung tas ransel tak dia titipkan ke Biem, jadi kartu identitas dan pakaian ganti sebagian ada dalam tas ranselnya.

            Tak disangka perjalanan dari hutan menuju desa Jantura dilalui Dara dengan mengendarai kuda bersama Arya Sena, pengalaman pertama menunggang kuda sejauh ini dengan posisi dirinya berada di depan pemuda itu, seolah-olah di peluk oleh seorang laki-laki asing dan tampan ini. Tak banyak percakapan antara keduanya. Masing-masing berkutat pada pikirannya sendiri-sendiri.

            Sampai pada satu rumah dengan gerbang besar dan tinggi, dan pencahayaan dari obor-obor terbuat dari bambu yang berjejer di sepanjang jalan menuju rumah induk. Tak ada listrik untuk penerangan. Semua serba tradisional, persis seperti gambaran nyata dari film-film ala kerajaan. Semua orang memakai pakaian khas pengawal kerajaan, yang perempuan memakai kemben atau kebaya lurik. Yang laki-laki bertelanjang dada atau memakan baju adat daerah.

            Semakin mendekati rumah besar, kuda berjalan lambat. Kemudian Arya Sena membantuku turun dari punggung kuda, tergopoh-gopoh wanita paruh baya berpakaian pembantu kerajaan menghampiri,

“Malam Raden, sudah ditunggu Kanjeng Romo dan Kanjeng Ibu di ruang tengah.” Katanya sambil membungkuk hormat, kemudian melirik kearahku dengan heran.

“Ampun Raden, siapakah wanita berpakaian aneh yang Raden bawa ini,?” ujarnya lagi.

“Dia Dara, temanku, antar dia ke kamar tamu, dan berikan pakaian ganti serta jangan lupa berikan makanan yang terbaik untuk dia, Mbok Ti,” Kata Arya Sena sambil berlalu.

            Dara hampir saja mengeluarkan pertanyaan, kalau saja Mbok Ti tidak menarik tangannya menuju ke bangunan di samping rumah induk yang megah dan klasik itu.

            Selepas mandi, Dara mengenakan pakaian yang disediakan oleh Mbok TI. Pakaian yang sama dengan orang-orang di sini, menggunakan kebaya dan kain jarik dibawahnya. Agak membuat Dara kesusahan untuk berjalan, namun Mbok Ti bilang, nanti akan terbiasa juga menggunakan. Malam ini dara tidak bisa tidur dan terus gelisah, mengingat perjalanan yang diluar  nalarnya, kenapa bisa terlempar kemasa yang dia hanya tahu dari membaca buku sejarah ataupun melihat film.

            Tapi yang dirasakan ini terlalu nyata, beberapa kalipun dia cubit tubuhnya tetap saja merasakan sakit. Dara tiba-tiba merasa sesak, kemudian tak tahan lagi untuk menangis, memanggil sang bunda serta adik tercintanya yang saat ini pasti merindukannya. Juga ingat Andini dan kak Biem yang saat ini juga sepertinya sedang mencari keberadaannya. Ingatan itu semakin membuat Dara tersedu-sedu.  Hingga tanpa terasa tertidur juga.

                                         ---------------------Bersambung-----------------------

12 komentar:

  1. Wah,Dara di bawa pulang ke istanakah? Jadi oenasaran bagaimana perjalanan bersama pangeran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dibawa, kalo ditinggal sendirian malah takut dimakan binatang buas...hahhaha iyaa nih penasaran aku jugaa

      Hapus
  2. Apakah Dara bakal jadi istrinya Arya Sena? ehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh kasian Dara kak, kan dia naksirnya ama Kak Biem

      Hapus
  3. Balasan
    1. Brasa nonton drakor the king eternal monarch

      heheh

      Hapus
  4. Keren Buu.. tapi juga serem, hehe

    BalasHapus
  5. Aduh gimana nasib Kak Biem kalau Dara kepincut sama Raden Arya Sena

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kasian yaa, padahal di akhir obrolan mereka Biem udah nunjukkin perhatiannya, semoga Dara segera bisa balik ke dunianya

      Hapus
  6. Udah ada kak, tapi absurd seperti biasa...hahhah

    edisi asal bikin

    BalasHapus

Kesan Pesan Untuk Blogspedia15DaysBlogChallenge

Ga kerasa, udah berakhir aja blog challenge rutinnya dari  blogspedia . Jujur banget, awal mau ikut rasanya maju mundur karena p...