Rabu, 06 Oktober 2021

Selendang Dara (Part 1)

 #Cerita_Bersambung

                                                                                                                    By Canva

         Siang baru saja melewati waktu terpanas, ketika Dara melangkahkan kaki menuju area parkiran di kampus,  menuju motor beat merah kesayangannya. Tadi baru saja dia berdiskusi dengan kelompoknya dalam menentukan lokasi penelitian untuk tugas mata kuliah geografi hewan dan tumbuhan, mata kuliah yang mempelajari berbagai macam jenis hewan dan tumbuhan baik di Indonesia atau yang ada di berbagai belahan dunia, termasuk mengenal jenis hewan dan tmbuhan yang secara khas ada di daerah tertentu.

            Andai bukan karena Andini begitu bersemangat mengikuti tugas penelitian mata kuliah ini, rasanya Dara enggan pergi karena sudah dipastikan akan sangat melelahkan. Dia tak suka. Sialnya Andini selalu berhasil melancarkan rayuan mautnya untuk mempengaruhi dara untuk ikut serta dalam kegiatan semacam dengan pecinta alam ini.

            Sejujurnya, Dara Gendis Prameswari, begitu nama lengkap gadis ini, bukanlah seorang yang suka dengan kegiatan di alam terbuka. Beda dengan Andini, sahabat karibnya, dia sangat antusias dengan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan eksplorasi alam, bahkan ide untuk kuliah di jurusan geografi saja atas ide Andini yang sejak SMA berteman dekat dengan Dara.  

            Dara lebih suka jika mengikuti kelas tari di salah satu unit kegiatan mahasiswa, kegiatan kemahasiswaan yang menaungi bidang kesenian yang dia kerap ikuti di sela-sela perkuliahan dan dara memilih mendalami bagian tari, bahkan Dara sudah mengikuti les tari tradisional dan modern sejak masih SMA. Jika menari bergerak mengikuti alunan musik yang mengalun merdu, ada kedamaian yang tak terjabarkan olehnya.

Seperti biasanya sejak masuk ke perguruan tinggi ini dua tahun silam, Andini selalu punya cara jitu agar Dara mau ikut dalam kegiatan di alam terbuka, apalagi kalau bukan karena Kak Biem yang merupakan anggota Mapala, sebuah organisasi mahasiwa pecinta alam. Entah sudah sejak kapan Dara menyukai kak Biem, kakak tingkat di jurusan yang sama. Bimantara  Sena namanya, pemuda itu tergolong mahasiswa yang cerdas, mudah bergaul dan ramah kepada siapa saja, termasuk terhadap Dara.

 Hanya saja Dara diam-diam menyimpan perasaan lebih terhadap Biem, dan tak punya nyali untuk sekedar menyapa terlebih dulu apalagi menyatakan perasaannya. Pesona Biem yang begitu kuat menjadikan dirinya sebagai idola diantara para mahasiwi yang mengenalnya.  

Semakin jauh mimpi Dara untuk bisa mendapatkan hati Biem, meski Biem sangat baik terhadap Dara.  Duh, mengingat Biem membuat Dara ingin segera sampai di rumah kost nya dan menyiapkan segala perlengkapan untuk acara besok menuju sebuah desa kecil di ujung selatan Jawa Barat.

“Daraaa ... ah gue cari kesana kesini ternyata elo malah udah di parkiran.” Andini berlari menghampiri Dara dengan nafas tersengal-sengal. Padahal Dara baru saja akan menstater stop kontak motornya.

“Ada apa, Din, perasaan tadi semua udah beres deh, kenapa elo jadi kaya dikejar cowok ganteng yang tiba-tiba naksir elu gitu sih?,  manggil-manggil gue pula.” Kata Dara heran.

“Dodol, kalo ada cowok ganteng ngejar gue, ngapain gue tinggal lari sih, Din, ya tinggal gue balik kejar dia aja, komen lu catlog deh.” Andini menjawab setelah dapat mengatur nafasnya. Dara tergelak. Kemudian tangan kirinya menoyor kepala sahabatnya yang seringkali asal dalam berbicara.

“Trus ada apaan, gue masu siap-siap nih biar besok ga kesiangan, lu tau sendiri kalo gue paling susah bangun pagi-pagi buta.” Jawab andini.

“Tadi kak Biem bilang, katanya, kemungkinan kita akan menginap di rumah penduduk setelah melakukan penelitian ke hutan, nah nanti akan ada semacam acara ramah tamah dengan warga di pendopo desa, untuk menghibur acara tersebut, kak Biem minta elu menampilkan tarian tradisional gitu, jangan lupa bawa perlengkapan tari lu, yang sederhana aja,” Andini menjawab dengan antusias. Dara malah berdecak, mengisyaratkan keengganannya, padahal ia sudah menghibur diri bahwa perjalanan esok itu sebagai ajang rekreasi, sejenak melupakan kegiatan rutin sehari-harinya.

“Inget kak Biem lho yang minta.”

“Hmmm, oke deh, siapa tau dengan begitu membuat dia menyatakan cintanya ke gue yaa, dan misteri perasaan gue ke dia bisa terjawab, trus nanti setelah lulus kami menikah, oooh indahnyaaa,” Ujar Dara menghayal dengan menperagakan gaya berjalan di altar pernikahan.

“Wooii bangun woooi, elu tadi kepentok apaan sih bisa jadi somplak gini?, dia cuma nyuruh elu jadi perwakilan kampus untuk menghibur warga desa dengan nari, duh itu otak harus di rendem ama bayc*n biar bersih kayana,” Dara terbahak, sambil memukul pelan bahu Andini.

“Oke Dini sayang, gue pulang dulu mau mandi trus beres-beres, biar besok badan gue fresh, kan mau deketan ama kak Biem, eh sini mendekat, mau gue cium dulu ga lu, mumpung belom ada yang punya nih,” Dini memonyongkan bibirnya seakan ingin mencium Andini.

“Naj*s, ogah banget gue dicium elo, dasaar jocitalas lu, jomblo karena cinta tak terbalas.”

            Andini dengan bersungut-sungut melangkah masuk ke gedung fakultas kembali, sedang Dara menstater motor menuju rumah kos nya yang tak jauh dari kampus. Dengan hati sedikit berbunga karena sepertinya akan sering berdekatan dengan kak Biem. Ah tak sabar rasanya menunggu esok. 

 

                                                                  -------- BERSAMBUNG --------

5 komentar:

  1. Kejar balik, berani banget si Dini bilang begitu ya. Eh PD lebih tepatnya

    BalasHapus
  2. Hooh, temen gada akhlaq emang si Dini, mentang-mentang naksir dalam hati ke kakak kelas

    BalasHapus
  3. Suka sama pemilihan nama tokohnya Dara Gendis Prameswari, indah sekali namanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ceritanya kan mau nyocokin ama kisah lanjutannya yang berbau2 budaya lokal kak

      Hapus
  4. Bahasa guyonnya asyik. Kak doz pandai juga ya.

    BalasHapus

  MODUL AJAR MANUSIA, RUANG DAN LINGKUNGAN     I.           IDENTITAS MODUL                                                 ...