Dear Nanda sayang, siswa istimewaku.
Engkau memang tak terlahir dari rahimku. Karena Allah mentakdirkan dan memilih Ibumu untuk menjadi orang hebat yang telah melahirkan dan membimbingmu, sebagai madarasah utama dan pertama bagimu, seorang anak istimewa, anak syurga jika tidak berlebihan aku mengatakan demikian. Ayah Bundamu adalah orang-orang hebat yang mengajarkanmu huruf demi huruf, kata demi kata agar merangkai jadi kalimat yang dapat dicerna, dan itu buatku bukan perkara yang mudah. Mereka sangat hebat. Dan aku belum tentu bisa seperti ayah ibumu, Nak.
Anakku, Nanda.
Selepas usia kanak-kanakmu, dan kini memasuki masa dimana kamu harus memulai hidup berdampingan dengan masyarakat umum, bermain dan belajar dengan anak-anak lain seusiamu yang tak memiliki “keistimewaan” sepertimu, memasuki masa remaja yang penuh riak warna. Ayah bundamu menitipkanmu kepadaku sebagai perpanjangan tangan dalam mendidik dan mengajar di sekolah agar kamu menjadi anak yang mampu berdiri di atas kaki sendiri dengan keistimewaan yang kau miliki. Mendengar adalah sesuatu yang teramat mahal buatmu, menyuarakan suara merdu dan berbicara dengan baik adalah harapan terindah bagimu, karena keistimewaanmu adalah kesulitan dalam mendengar dan melapalkan kata dengan lancar dan mudah dimengerti.
Dear, Nanda.
Saat anak-anak lain dengan mudah belajar di sekolah, engkau kerap harus berusaha belajar keras memaknai tiap kata dan ucapan dari kami, guru-guru di sekolahmu. Dan saat yang lain dengan sangat bangga dan dengan mudah mendendangkan lagu-lagu yang tengah hits dikalangan remaja seusiamu, kamu harus berjuang melafalkan satu kata demi kata untuk sekedar mengeja tugas yang guru perintahkan agar mampu sama dengan teman-temanmu.
Nanda sayang,
Saat anak-anak sebayamu dapat dengan mudah bersahabat dengat anak-anak lainnya, kamu harus berjuang mengatasi rasa rendah diri dan muncul ketakutan untuk menjalin pertemanan dengan orang-orang disekitarm. Perundungan demi perundungan yang kamu dapatkan dari orang-orang sekitarmu, bahkan orang yang baru kau temui, menjadi santapan sehari-hari yang pasti kamu lelah untuk bisa melepaskan semuanya. Kesulitan dalam mengungkapkan perasaan menjadikan orang-orang disekitarmu kerap salah dalam menilai, kamu mudah tantrum, kata mereka.Tapi andai mereka tahu, bahwa kamu marah, kamu kesal tapi kamu tidak berdaya, pasti tidak akan lagi mencemooh bagaimana kamu mengunkapkan segala apa yang menjadi beban dalam pikiranmu. Dan tentunya tak mudah menjadi kamu.
Siswa istimewaku, Nanda.
Suatu saat, dalam lelahmu, dengan terbata engkau mengatakan, “Aku lelah, Bu, kapan aku bisa seperti mereka?, apakah Allah bisa adil buatku?.” Duh, Nak ... perih hati Ibu. Karena ibu yakin ini bukan semata keputusasaan dan ketidakpercayaan dirimu pada Allah, tapi semata karena Engkau lelah, lelah terhadap dunia yang kerap tak bersahabat dengan anak-anak istimewa sepertimu. Tengoklah orangtuamu, yang menyayangi tanpa syarat. Mengasihi dengan segenap jiwa dan raga. Dan pastinya Allah memberikan keistimewaan yang bahkan anak-anak normal lainnya tak memiliki.
“Kamu istimewa, Nak, kami iri kepadamu, telingamu Allah jaga dari hal-hal yang buruk, mulutmu Allah jaga dari perkataan yang sia-sia dan bahkan buruk, Allah memuliakan kamu, Nak, berbahagialah kelak kamu mendapatkan syurgaNya Allah, ikhlas ya sayang!.” Hanya itu yang mampu aku ucapkan. Bukan semata-mata sebagai ungkapan menenangkan, tapi ungkapan tulus rasa iri terhadap dirimu, iri telah menjadi ikhlas, iri telah berdamai dengan keadaan, bahkan iri dengan ayah bundamu yang dengan sabar mendampingi anak-anak syurga sepertimu.
Dear Nanda, Guru kehidupanku.
Terus berjuang sayang, jangan lelah belajar dan melangkah meski dalam langkah yang tertatih. Biarkan dunia menerima dirimu dengan segenap kelebihan lain yang tak dimiliki oleh mereka. Kamu hebat Nanda, jika kelak kamu berada di syurgaNya Allah, ajak kami untuk disampingmu, walau tak sebanding dengan perjuanganmu, ijinkan kami sebagai barisan orang-orang yang mendukungmu dan pantas berada dalam mendampingimu di Syurga kelak. Salam sayang kami untuk anak-anak syurga sepertimu, Nanda.
Dedikasi untuk murid istimewaku
Huhuhu, ada bawangnya... ðŸ˜ðŸ˜ðŸ¤§
BalasHapusKita bakal ngerasa sempurna dan punya rasa syukur yang sangat berlebih, kalau bertemu dan bersinggungan langsung dengan orang-orang istimewa seperti mereka, kan??
Hapusterima kasih sudah mampir
Bacanha bikin perih hidung bu
BalasHapus