Minggu, 10 Oktober 2021

Selendang Dara (Part 5)

 #Cerita_Bersambung

                                                                    Design Picture by Canva

 

            Sudah beberapa hari Dara masuk dalam kehidupan masa lalu. Entah itu tahun berapa, yang pasti masa yang sekarang Dara hidup di dalamnya sangat jauh dari peradaban di tahun 2021. Seringkali Dara menangis, rindu kembali kepada keluarga, rindu pada kehidupan normalnya. Dalam kesedihan yang mendera, Dara melampiaskannya dengan belajar menari pada para penari kerajaan. Sedikit membuat hatinya lebih tenang. Beruntung selendang yang memang biasa dia pakai ketika menari tarian tradisional dia bawa dalam tas ranselnya, karena memang akan dia pakai menari saat memberikan hiburan pada acara ramah tamah dengan penduduk desa Sendang Agung.

            Namun kini dia pakai untuk latihan menari. Banyak yang memuji kemampuannya dalam menari, kata para penari kerajaan, kemampuan Dara menari sama dengan kemampuan mereka. Tak ayal Dara menjadi pembicaraan para penghuni istana tumenggung, sampai ke telingan Raden Arya Sena. Sering Dara lihat Raden Arya Sena menonton Dia menari, meski dalam kejauhan.

Seperti sore ini, tapi suasana hati Dara sedang tidak nyaman. Kesedihan dan kerinduan sedang datang secara bersamaan dan gerakan tari yang Dara bawakan justru sangat bagus, karena Dara sangat menghayati. Gerakan tari yang dia bawakan menceritakan kisah kerinduan sepasang kekasih yang telah lama tak bertemu. Kerinduan yang sangat. Dara menagis dalam gerakan tariannya. Raden Arya Sena trenyuh, kemudian menghampiri Dara yangd kemudian menghentikan gerakan tarinya dan menangis tersedu-sedu di kelilingi para penari dan Ratih.

“Diajeng, kenapa menangis?” Kata Arya Sena sambil menghampiri Dara, “Apa yang membuat Diajeng begitu bersedih?, mengingat keluargakah?. Tanyanya. Kemudian para pengawal, penari dan Ratih pergi meninggalkan mereka berdua.

“Raden, mohon maaf, aku sangat sedih sekali, aku rindu ayah, ibu dan adikku, aku rindu kehidupanku yang sebenarnya, aku ingin kembali ke masa dimana aku semestinya berada, Raden.” Ujar Dara tersedu-sedu. Arya Sena diam. Terlihat seperti sedang berfikir keras. Sorot matanya tajam melihat Dara. Bagaimanapun dia tak tega melihat Dara menangis sedih, tetapi dia juga tak mau berpisah dengan Dara, hatinya telah terampas oleh gadis yang hidup di ratusan tahun ke depan itu.

Tangan Arya Sena mengusap rambut hitam Dara, memberikan sentuhan penguatan kepada Dara, meski imbasnya dia harus berjuang mengendalikan debaran jantung yang berdetak berpuluh kali lebih cepat.

“Diajeng, ayo kita pergi ke hutan, kita cari jalan keluar agar Diajeng bisa kembali ke masa dimana seharusnya Diajeng berada.” Ujarnya kemudian, ada sedikit mendung di mata Arya Sena. Tetapi hanya sebentar demi melihat binar harapan di mata Dara.

            Raden Arya Sena dan Dara, pergi dengan mengendarai kuda putihnya ke arah hutan dimana mereka awalnya bertemu, jika ketika pertama menaiki kuda tersebut Raden Arya Sena berusaha tidak menyentuh, lain hal dengan kali ini, posisi Dara tepat di depan Arya Sena yang tak menyia-nyiakan kesempatan mendekap Dara dari belakang.

            Alih-alih Dara merasa aman tidak akan jatuh, saat inipun sentuhan tangan Arya Sena menyusupkan rasa hangat yang menjalar hingga hatinya. Tatapan sendu Arya Sena yang sesekali menatap wajah Dara, menyentuh dasar hati yang selama ini ada nama Biem. Oh, apakah nama perasaan ini?.

            Sebelum sampai ke dalam hutan, Arya Sena berhenti di bawah sebatang pohon besar untuk beristirahat, dan membantu Dara untuk turun dari kuda. Kemudian mengeluarkan sebuah bungkusan dan  kemudian berkata, “Diajeng, ini ada sebuah selendang, aku membelinya khusus di pasar kemarin, untuk menghadiahkan kepadamu karena ku lihat kamu suka membawa selendang, dan semoga kamu mau menerimanya.” Arya Sena mengulurkan tangannya yang memegang bungkusan dan diterima oleh Dara. Kemudian dibukanya dan nampak satu selendang dari kain sutra terbaik ada dalam genggaman Dara, dia berdecak kagum.

“Raden, ini pasti mahal sekali kain selendangnya,” Kata Dara, “Terima kasih ya Raden, kebaikan Raden akan selalu aku ingat.” Dara memasukkan selendang tersebut ke dalam tas Ranselnya yang selalu dibawa kemana-mana. Kemudian mengeluarkan selendang yang dimilikinya, dan mengulurkan pada Arya Sena.

“Raden, terimalah selendang saya ini untuk Raden, sebagai tanda mata dan ucapan terima kasih dariku.”

“Terima kasih Diajeng, jika nanti Diajeng sampai ke kehidupan Diajeng, jangan pernah lupakan aku, mungkin kita bisa bertemu walau dalam mimpi.”

            Arya Sena mengajak Dara untuk kembali menaiki kudanya dan menuju ke dalam hutam yang sebelumnya Dara tersesat masuk dalam lingkaran kehidupan kerajaan. Antara sedih dan harapan, Dara berdoa semoga bisa segera pergi menemui hidupnya yang normal. Semoga berhasil.

-----------Bersambung--------------

4 komentar:

  1. Penasaran sama kelanjutannya Kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga kak, bingung nyambunginnya hahahah

      doain mood nya bagus ya kak

      Hapus
  2. Balasan
    1. Hahahha...kalau diceritain dari awal ntar bosen

      Hapus

Kesan Pesan Untuk Blogspedia15DaysBlogChallenge

Ga kerasa, udah berakhir aja blog challenge rutinnya dari  blogspedia . Jujur banget, awal mau ikut rasanya maju mundur karena p...