#Cerita_Mini
Mata teduhnya menatapku, ada gelenyar hangat dalam dada. Seperti biasa, kamu selalu datang membantu permasalahan yang kadang ada dalam pekerjaanku ini. Entah sejak kapan kedekatan ini terjalin. Sebagai karyawan baru, memasuki enam bulan bekerja di kantor ini, interaksi dengan rekan-rekan kerja adalah hal biasa terjadi, karena ingin lebih mengenal satu sama lain sebagai partner kerja, tapi denganmu begitu berbeda. Rasa yang tak biasa. Kamu yang pendiam, tak banyak bicara namun tak segan membantu, mendengarkan segala curhatanku tentang pekerjaan sesekali tentang pribadi, hanya dengan tersenyum dan membantu tanpa banyak kata, sambil mendengarkan celotehanku itu disela-sela memperbaiki kesalahan laporan kerja dalam berkas yang seharusnya menjadi tugasku.
Bagiku perhatianmu tak biasa, meski sekedar menawarkan sarapan pagi dan segelas teh hangat ketika tahu aku tak pernah sempat sarapan, juga perhatian-perhatian kecil lainnya. Seperti siang ini, ketika sentuhan jari kita yang kadang secara tak sengaja terjadi ketika kamu membenahi angka-angka dalam keyboard komputer kerjaku padahal posisi jariku masih bertengger di sana, menimbulkan riak hangat di hati. Ada gugup namun juga binar bahagia di matamu. Atau mungkin hanya perasaanku.
“Sudah rapikan laporannya sekarang?,” Katamu lembut, dan memang selalu lembut tutur katamu. Dan selalu membuat aku sesaat terpana.
“Iya, terima kasih ya, selama ini kamu selalu bantu kalau aku kesulitan menulis laporan.” Kamu tak menjawab hanya menatapku dan tersenyum, sangat manis. Kemudian beranjak meninggalkan mejaku. Namun baru beberapa langkah menuju pintu, kamu berbalik.
“Nanti pulang kerja bisa ketemu sebentar di taman kota?, ada yang mau aku bicarakan.” Sesaat aku tertegun, kemudian mengangguk pelan. Dan herannya, debaran dalam dada semakin kencang, bukan, bukan debaran yang sesaat tadi aku rasakan, tapi debaran yang lain, yang entah apa.
*******
Di sudut selatan taman kota tak jauh dari kantor tempat kita bekerja, kita duduk bersisian. Ada beberapa pasangan yang terlihat bersenda gurau di bangku-bangku yang mengelilingi taman ini. Beberapa anak-anak asik bermain ditemani oleh orangtua atau pengasuh mereka yang juga saling bercengkrama.
Kita masih terdiam sejak sepuluh menit lalu tiba di sini. Dalam hening menyelimuti, belum ada yang mau memulai bersuara. Aku yang dikenal sebagai seorang yang periang dan banyak bicara, kali ini tak mampu mengeluarkan satu katapun. Senja mulai merangkak naik, ketika kamu mulai menghela napas, sepertinya sedang mencoba merangkai kata.
“Nania, sebelumnya aku mohon maaf, lancang sekali mengajakmu ke mari, tapi entah kenapa aku harus menyelesaikan ini, sesuatu yang memang tidak pernah kita mulai, bahkan mungkin kamu tidak merasakan apa yang terjadi,
tapi setidaknya akan membuat aku lega, jika mengatakan yang sejujurnya kalau selama ini memang perhatianku padamu bukan perhatian biasa, aku salah.” Kamu mulai bersuara lirih, detak jantungku semakin cepat. Sepertinya aku tahu apa yang akan kamu utarakan selanjutnya.
“Ah, sepertinya tidak usah diteruskan, Dan, anggap saja kita tak pernah kesini dan berlakulah seperti biasa di kantor mulai besok. Berlakulah sebagai teman kerja sebagaimana mestinya, karena memang tak seharusnya ada pertemuan seperti ini, dan aku anggap ini juga sebagai permintaan maaf aku kepadamu, kepada pasanganmu, juga kepada pasanganku,
Kita pasti tahu, sangat berdosa menghianati hati yang pada kita telah dipercayakan untuk dijaga, seharusnya kita hanya berteman dan dalam pertemanan laki-laki dan perempuan harus ada batas yang tak boleh dilewati, dan sepertinya kita telah melanggar itu selama ini.”
Kamu tersenyum, kemudian beranjak pergi setelah menangkubkan tangan di dada tanda permohonan maafmu, buatku ah ... bukan, buat pasanganmu juga pasanganku. Seyummu kali ini berbeda, tak lagi membuat debaran-debaran yang lain. Karena dalam hatiku, muncul kembali satu hati yang harus aku jaga, dan beberapa saat kemarin tertutup oleh rasa yang salah. Aku berjanji tidak akan pernah memberikan celah untuk memasukan hati lain selain hati yang telah halal bertengger di sini. Maafkan aku.
Amanat:
1. Menjaga pertemanan dengan lawan jenis ditempat kerja, terlebih jika masing-masing telah memiliki pasangan halal
2. Menyadari bahwa tak ada pertemanan murni antara laki-laki dan perempuan dewasa
3. Menjaga kehormatan diri dan pasangan halal wajib hukumnya
4. Dimanapun lingkup pekerjaan yang ada interaksi dengan lawan jenis, maka tingkat kehati-hatian akan hati lebih ditingkatkan. Ingat tak ada yang tak mungkin terjadi meski telah mendapatkan seseorang yang terbaik dalam hidup.
5. Syaitan selalu berupaya untuk menggelincirkan manusia ke dalam kesesatan dengan membungkus sesuatu dengan rapi seolah perbuatan yang biasa.
Hmmm benar kak doz, point lima itu warning keras untuk kita semua. Karna cara kerjanya syaitan untuk urusan hati adalah menyatukan yg blm halal dan memisahkan yg sudah halal. Jazakillah khayr umma soleha
BalasHapusIya kak Rika, ini juga nasehat ditujukan untuk aku juga, yang sering bersinggungan dengan lawan jenis karena sebab pekerjaan.
Hapusintinya selalu menjaga iman dan hati dari godaan yang datangnya secara halus dan tanpa disadari...ya Allah sereem
Untungnya bisa kembali 'lurus' ya mereka. Semoga kita dijauhkan dari godaan syaitan yang terkutuk 😁
BalasHapusIy kak, alhamdulillah, tapi yang kaya gini ituh banyaaakk bangett terjadi
HapusAh, semua yang kakak tuliskan benar semua🥺
BalasHapusSerem yaa, kejadian kaya gini tuh realita banget
Hapusjadi emang kudu hati-hati dalam pergaulan sehari-hari
Hubungan dengan lawan jenis emang harus banget di jaga si bu, jujur aku mulai belajar buat nggak keblabasan kalau ngobrol. Sebatas kerjaan dan ada kepentingan aja. Apalagi kalau udah punya istri, kan nggak enak ya sama istrinya kalau kitanya terlalu akrab.
BalasHapusiya kak, kalau misal harus WA sesebapak ttg pekerjaan di luar jam kerja rasanya kalau ga penting-penting amat dan bisa ditunda kaya ga enak banget
Hapusmenjaga perasaan pasangannya, meski WA juga soal pekerjaan yang penting dan memerlukan jawaban segera yaa
Aku ikut deg-degan bacanya. Jaman sekarang nggak pertemuan langsung saja yang bisa membuat hati tertawan, bersosial media juga kudu dijaga.
BalasHapusIya Mba, ngeri banget pokoknya
Hapusintinya memang harus sangat berhati-hati bersinggungan dengan lawan jenis dalam lingkup apapun, syetan ga akan tinggal diam soalnya
Aku suka sejarah asal nggak ngapalin tanggal dan tahun hehehehe. Kalau peristiwa jalannya sejarah gampang ingat.
BalasHapushahhaa, rata-rata juga begitu bun...
Hapus