#Tugas_Pekan_ke-2
Sumber gambar: CNN
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu."
Kita pernah membaca kata-kata puitis ini, kan?. Bahkan sering dijadikan caption Instagram atau facebook atau sekedar dijadikan gombalan-gombalan manis dari pasangan. Nah, pastinya tahu dong kalau kutipan tersebut diambil dari sebuah puisi berjudul “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono. Selain sebagai penyair, Sapardi Djoko Damono juga dikenal sebagai penulis puisi dan buku. Banyak karya-karya yang dihasilkan dan cukup terkenal di masyarakat. Kiprahnya secara lengkap bisa dilihat biografi beliau dalam buku “Sapardi Djoko Damono: Karya dan Dunianya (2006)” karya Bakdi Soemanto.
Sulung dari dua bersaudara ini merupakan anak dari pasangan Sadyoko dan Sapariyah yang lahir pada tanggal 20 Maret 1940. Sapardi Djoko Damono adalah seorang pujangga Indonesia kelahiran Surakarta dan dikenal dengan sajak serta puisinya yang sederhana tapi mempunyai makna mendalam. Menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putri dan seorang putra, bernama Rasti Sunyandani dan Rizki Henriko.
Ia mengeyam pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (SR) Kraton Kasatriyan dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri II Solo. Kemudian SMA Negeri 2 Surakarta, dan menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Beliau Sedari kecil, ia memang gemar membaca. Namun, awalnya dirinya tidak menyangka akan menjalani karier di dunia tulis menulis. Waktu itu, ketika Sapardi duduk di kelas 2 SMA. Keinginannya menulis berawal dari kegemarannya membaca itu, ia sangat menyukai karya-karya sastra dari beberapa pengarang nasional mamupun luar seperti: W.S. Rendra, Karl May, William Saroyan, dan T.S. Eliot. Untuk ukuran anak SMA, buku drama puisi karya T.S. Eliot memang tak gampang untuk dicerna. Sapardi sendiri pun mengakui kalau ia hanya mampu memahaminya 25% saja.
Namun sejak saat itu, ia mulai menulis dan sering mengirimkan karyanya ke media cetak. Selama menekuni dunia sastra, laki-laki yang lebih akrab disapa SDD ini sudah berhasil menerbitkan puluhan karya yang tidak hanya dalam bentuk puisi saja, tapi juga cerpen. Selain itu, ia juga menulis novel yang dikembangkan dari puisi yang digubahnya. Karya-karya yang diciptakan oleh Sapardi Djoko Damono memang bisa diterima baik oleh berbagai kalangan, baik tua maupun muda. Wujud apresiasi para pembaca itu adalah banyaknya penghargaan bergengsi yang diterimanya.
Sapardi memulai kariernya saat kelas 2 SMA yang mana karya-karyanya pertama kali dimuat oleh salah satu surat kabar di Semarang. Setelah itu, karyanya yang berupa puisi-puisi banyak diterbitkan oleh berbagai majalah sastra, majalah budaya, dan buku-buku sastra. Ia dikenal dengan sajak-sajaknya yang sederhana, namun memiliki makna yang sama sekali tidak sederhana. Ia menulis puisi-puisi dalam buku fenomenal, Hujan Bulan Juni. Sudah sejak duduk di bangku SMA, ia sudah tekun membuat puisi. Salah satu sajaknya yang ia tulis sewaktu umur 17 tahun sudah dijadikan sajak wajib dalam pertemuan Kesenian Nasional Indonesia sampai tiga kali. Sejumlah karya Sapardi saat itu adalah Duka Mu Abadi pada tahun 1969, serta Mata Pisau dan Aquarium pada tahun 1974. Sapardi juga pernah memperdalam ilmunya tentang humanities di University of Hawaii Amerika Serikat pada tahun 1970 sampai 1971.
Pada tahun 1989 Sapardi mendapatkan gelar doctor dalam ilmu sastra bersama dengan disertasi yang berjudul “Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur” kemudian ia menjadi seorang dosen dan dinobatkan menjadi guru besar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Selain menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi, Sapardi juga pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta tahun 1977 sampai 1979, anggota redaksi majalah Pembinaan Bahasa Indonesia Jakarta sejak tahun 1983, anggota dari Badan Pertimbangan Perbukuan Balai Pustaka di Jakarta sejak tahun 1987, dan Ketua Pelaksana Pekan Apresiasi Sastra pada tahun 1988.
Pada tahun 1986, penulis Aku Ingin ini menggagas pendirian sebuah organisasi kesastraan Indonesia ketika menjadi pembicara seminar Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang diadakan di Bogor. Kemudian, pada tahun 1988, organisasi yang diberi nama Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) resmi didirikan. Dirinya kemudian didapuk menjadi ketuanya selama tiga periode berturut-turut.
Dalam upaya untuk membantu kariernya sebagai seorang sastrawan, Sapardi juga seringkali datang dalam sejumlah konferensi internasional seperti Translation Workshop dan Poetry International di Rotterdam, Belanda pada tahun 1971, Seminar on Literature and Social Change in Asia di Australia National University pada tahun 1978, dan ia juga tercatat menjadi anggota penyusun Anthropology of Asean Literature, COCI sejak tahun 1982.
Sebuah karya besar Sapardi, Perahu Kertas yang berupa kumpulan sajak, mendapatkan penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Kumpulan sajak lain berjudul Sihir Hujan yang kabarnya ditulis ketika dirinya sakit, memperoleh Anugerah Puisi Poetra Malaysia. Di masa yang sama, Sapardi menjabat sebagai redaktur majalah Horison, Basis, Kalam, Pembinaan Bahasa Indonesia, Majalah Imu-Ilmu Sastra Indonesia, dan country editor majalah Tenggara di Kuala Lumpur, Malaysia. Dengan melakukan penelitian, menjadi narasumber dalam berbagai seminar, juga kontribusinya mengajar di sejumlah universitas di Indonesia, Sapardi telah banyak memberikan sumbangsih yang cukup besar dalam perkembangan kebudayaan dan sastra Indonesia.
Karena berbagai kontribusinya, Sapardi sempat mendapatkan beberapa penghargaan. Pada 1986, ia dapatkan SEA Write Award. Tahun 2003, memperoleh Penghargaan Achmad Bakrie. Selain menulis karya-karya puisi yang sempat memperoleh berbagai penghargaan, Sapardi juga banyak menulis esai, kritik sastra, menulis artikel dalam kolom surat kabar termasuk kolom sepak bola, juga menerjemahkan karya dari penulis asing.
Sapardi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sastra Indonesia. Seorang penyair yang kreatif dan orisinil dengan banyak percobaan mengejutkan tapi tetap disertai segala kerendahan hatinya. Sapardi Djoko Damono menyadari bahwa sebagai seorang sastrawan ia tidak akan mendapatkan kepuasan finansial tapi aktivitas tulis menulisnya menjadi sebagai waktu istirahat untuk melepasan diri dari rutinitas sehari-hari. Beliau wafat di tanggal 19 Juli 2020. Jasadnya mungkin telah terkubur, tapi karya dan pemikirannya akan terus dikenang sepanjang masa.
Demikian biografi dari sang pujangga Sapardi Djoko Damono, semoga menginspirasi terutama untuk para generasi muda Indonesia.
*Dikutip dari berbagai sumber
Udah kholas Jak ye mba dozen ku ini. Diku padamu mba doz. Salut...🤩
BalasHapusAkutuh kalo ga buru2 dikerjain yaa ambyarr mbae, gabisa atur waktu dengan baik...hiks
HapusPuisinya nganu banget yah.. Terlope lope
BalasHapusIyaaa, jleebb beneeer Yaaa
HapusAku ingin mencintaimu dengan sederhana. Inget puisi ini pas jama sekolah. Dalem beneer
BalasHapusaku sering plesetin ama suami, cinta bolehn sederhana tapi isi dompet jangan sederhana ya beb,,,,hehhe
HapusAku tau Sapardi Djoko Damono itu gara-gara film hujan bulan juni. Jujur aku tau puisi yang aku ingin mencintaimu dengan sederhana, cuma nggak terlalu tau penulisnya. Dulu kalau puisi cuma tau Chairil Anwar :D
BalasHapusAku sering baca juga di post-post medsos rangorang yang pada ngegombalin gebetannya kak...
HapusWaah, lengkap skali ulasannya Kak.
BalasHapusAku cm tahu ttg Eyang SDD puisinya yg "aku ingin", hehe
Aslinya aku juga kak, ini semalem berjuang browsing sana sini
HapusKeren, sudah selesai tugas wajibnya. Saya belum punya ide, mau mulai dari mana.
BalasHapusAku bikinnya semalam kak, kalo udah apgi malah ambyar gabisa mikit
HapusJujur, saya baru kenal sosok SDD ini sejak masuk komunitas2 menulis. saya gak suka puisi--gak bisa baca puisi gitu--tapi ketika baca kutipan puisi beliau waaaaah mungkin ini yang namanya jatuh cinta hehe
BalasHapusIya bener kak, aku juga ga terlalu suka puisi, maka nya pengetahuan aku soal diksi payah banget
HapusTerima kasih sudah mencintaiku dengan sederhana. Hehehe.
BalasHapusCinta boleh sederhana, isi atm jangan sederhana ya kak
HapusHahaha
Keren, Kak😍 lengkap sekali ulasannya mengenai sosok Eyang Sapardi.
BalasHapusHasil browsing sana sini kak, aslinya aku ga terlalu kenal banget ama alm. eyang yg keren inj
HapusNggak habis-habis kata untuk menuliskan sastrawan satu ini karena karyanya juga banyak sekali.
BalasHapusBetul mb, tadinya aku mau masukkan karya-karyanya dalam ulasan ini, tapi kok masyAllah banyak sekalii
HapusMasta Allah gercep bgt kak, aku baru ngedraft ini. Banyak banget inspirasi dari beliau ya
BalasHapushahaha...aku ga gercep sebenernya cuma biar ga utang aja sih mbak
Hapusiyaa, mbak, beliau itu bener-bener keren banget
Akunya masih nyari ide, dianya udah jadi...dosen idamanque
BalasHapushaish....baru kebaca euy, maafkeun
Hapusakutu kalo ngerjain apa-apa bisanya malam kalo udah pagi yaa wassalam deh
Mantab Bu dosen,, jadi inget blm bikin tugas hehe
BalasHapushihihiih...aku baru baca komennya mb
Hapusmakasih dah sowan
Dulu itu aku suka banget sama kalimat puisi : Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
BalasHapusBaru sadar sekarang-sekarang kalau itu puisi eyang SDD
sama mba, suka baca juga di quote-quote medsos eh ternyata beliau yang buat
HapusSDD benar-benar menginspirasi, karya-karyanya tidak hanya bisa dinikmati di dalam negeri, mereka yang di luar negri ikut bangga dengan karya-karya beliau.
BalasHapusAh iyakah kak? jujur aku ga banyak tau profil beliau. Taunya yaa setelah dapet tugas bikin biografi ini
Hapus