#Tugas ke-4 Opini_Cerpen
Cerpen ‘Setelah Tetua Pergi’ buat saya merupakan cerpen yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk bisa dicerna dengan cepat dan baik. Namun saya berusaha menuliskan makna dari cerpen ini dengan pendekatan rasional dan tentu saja versi saya sendiri yang bisa saja berbeda maksud dengan apa yang diharapkan oleh penulisnya.
Berkisah tentang kehidupan pada masa lampau dimana para pemimpin-pemimpin yang memegang kebijakan masih berkuasa penuh di muka bumi. Yang di sebut dengan “Para Tetua” yang diagungkan. Kebijakan dan titahnya adalah keharusan untuk diikuti tanpa bisa melawan. Sampai pada suatu saat, ketika keadaan sudah sedemikian rumit. Tak bisa lagi para pemegang kendali ini menghentikan berbagai peristiwa yang kemudian mengubah tatanan kehidupan dari keadaan beratus-ratus tahun sebelumnya.
Menghentikan perubahan itu sudah barang tentu tidak mungkin, tapi tetap mengupayakan bahwa perubahan alam ini tetap memberikan manfaat kepada anak keturunan berikutnya.Tetapi mau tidak mau harus ada korban dalam sebuah perubahan yang terjadi. Seburuk apapun perubahan itu jangan sampai memberikan cerminan negatif di kehidupan yang akan datang. Bahkan para tetua pun mengikhlaskan akan hilangnya generasi dalam masa itu. Dan akan tergantikan dengan generasi yang baru. Agar perubahan demi perubahan yang terjadi tanpa ada intervensi lagi dari kebijakan dan kepentingan masa lalu.
Sosok lelaki yang terkurung dalam kursi di tengah ruangan, adalah bentuk sebuah perlawanan atas kebijakan yang turun temurun di jalani di muka bumi ini. Ketidakpeduliannya atas kehadiran para tetua menyadarkan para tetua bahwa saatnya memang mereka harus pergi. Harus ada pergantian masa agar menuju kehidupan lebih baik, walau untuk itu banyak nyawa yang harus dikorbankan. Karena menurut para tetua, setiap perubahan harus diiringi dengan bergantinya generasi.
Makna
yang terkandung dalam ungkapan Para Tetua untuk menanggalkan pakaian sebelum
kembali kerumah, adalah bahwa nanti setelah perubahan masa itu haruslah menjadi
seseorang yang baru, seseorang yang tidak lagi dalam bayang-bayang para tetua. Seseorang
yang bisa menikmati kehidupan lebih baik dengan mengambil banyak pelajaran dari
kehidupan di masa-masa sebelumnya, agar kejadian demi kejadian yang buruk tidak
akan lagi terulang. Untuk membaca lebih dalam lagi, bisa di klik pada tautan berikut:
https://www.ngodop.com/2021/07/setelah-para-tetua-pergi.html?m=1
***********************
Cerpen ini, alurnya sangat sederhana sebenarnya, penggambaran setting meski tidak terlalu luas tetapi sudah mampu membawa pembaca dalam suasana yang sedikit mencekam di ruangan tersebut. Untuk penokohan menurut saya, agak sedikit membingungkan siapalah aku dan kami dalam cerpen yang ditulis ini. Dan seperti sudah ditulis diawal, untuk memahami alur cerita ini saya sangat kesulitan menentukan arah dan maksudnya. karena bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang sulit dicerna oleh orang awam seperti saya, meski sudah berusaha membacanya berkali-kali.
Adapun review yang saya kemukakan di atas adalah hasil pemikiran yang tertangkap dalam pikiran saya semata. Dan menurut saya, untuk cerpen dengan bahasa diksi tingkat tinggi, cukup menyulitkan para pembaca dalam mencerna, tidak semua kalangan bisa menafsirkan isi dari cerpen semacam ini. Kecuali orang-orang yang memiliki selera sastra yang juga tinggi. Perlu perenungan yang sangat ekstra untuk sekedar membuat sedikit resume ini. Semoga tidak terlalu salah dalam menafsirkannya.
Demikianlah sedikit ungkapan di atas, dengan memakai pendekatan logika semata yang mungkin bisa menjadi bahan perenungan, karena menurut saya sebuah cerita pendek harus bisa memberikan pencerahan untuk banyak kalangan.
Ulasan yang berbobot nih.
BalasHapusDuh kak, akutuh malu sebenernya mengulas cerpen yang sulit aku fahami, ngeri banget salah persepsi dengan si penulis
BalasHapusJadilah seperti ini hasilnya, acak-acakan
Kak dozen. Kamu ruar biaza adanya...
BalasHapusKak Rika, aku ga pede banget nge post review cerpen yg masyaAllah keren bangett inih sebenernya
BalasHapusAkhirnya kelar juga ya Kak, meski sempat puyeng haha.. Alhamdulillah banget. Untuk diksi tingkat tinggi ini rada susah bikin opini.
BalasHapusIyaaa, bisa kelasr walau tetep ngerasa ini tuh ga maksimal banget bikinnya
BalasHapus