Sumber gambar: Google
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS al-‘Ankabuut: 69).
Pernahkah suatu saat dalam hidup, kita merasakan sebuah ketenangan yang luarbiasa dari sebelumnya?. Perasaan yang begitu nyaman dan nikmat. Keinginan untuk beribadah dan melakukan banyak kebaikan begitu kuat, serta menyesali dengan sangat bahwa selama ini telah menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tak berguna. Itulah hidayah, anugrah yang tiada tara. Hidayah adalah nikmat tidak ternilai yang diberikan Allah SWT kepada para hamba yang dikehendaki-Nya. Hidayah berarti juga orang yang beramal dengan kebenaran dan selalu mengupayakannya (berusaha terus mendapatkan dan menjaganya).
Hidayah itu memang hak prerogatif Allah. Dia (Allah) memberikan hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki diantara para hamba-Nya. Salah satu tanda seorang hamba mendapat hidayah dari Allah SWT adalah perilakunya berubah menjadi lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya. Dari yang tadinya enggan mengerjakan shalat fardu, kini menjadi rajin menunaikan ibadah tersebut. Dari yang tadinya malas membaca Alquran, kini menjadi rutin membaca kitab suci setiap hari
Namun, yang seringkali terjadi, hidayah yang sudah digenggam, terlepas begitu saja. tergantung dari manusia seberapa besar usahanya untuk menjaga atau melepaskan pelan-pelan secara sadar atau tanpa disadari. Manusia pada hekekatnya bebas memilih tetapi ia pasti akan menerima akibat dari pilihannya tersebut. Hidayah itu memiliki dua sisi. Di satu sisi hidayah adalah hak prerogatif Allah, sementara di sisi yang lain hidayah itu tergantung pada kemauan dan usaha manusia untuk menjaganya.
Dalam hadits Qudsi yang shahih, Allah Ta’ala berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku akan berikan petunjuk kepada kalian” HR Muslim (no. 2577).
“Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Muhammad), ‘Aku tidak meminta imbalan kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur'an).’ Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk (segala umat) seluruh alam.” (QS. Al-An’ām: 90)
Saat ini, kita hidup di zaman penuh dengan fitnah. Zaman di mana kebenaran dianggap kesalahan, dan kesalahan dianggap kebenaran. Kebaikan dianggap keburukan. Keburukan dianggap sebagai kebaikan. Bahkan, banyak di antara umat manusia yang terjerumus pada jurang kemurtadan. Na’udzu billah min dzalik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bersegeralah beramal sebelum munculnya fitnah yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap. Seseorang di pagi harinya beriman dan di sorenya telah menjadi kafir. Atau sorenya masih beriman dan pagi harinya telah menjadi kafir. Mereka menjual agamanya dengan gemerlap dunia.” (HR. Muslim)
Salah satu cara untuk kita menjaga nikmat hidayah ini adalah dengan bersegera melakukan amal shalih tanpa harus menundanya selama kita masih bisa melakukannya. Dari hadis di atas, kita diperintahkan untuk memperbanyak amal shalih agar terhindar dari segala fitnah.Salah satu cara setan menggoda orang-orang yang rajin beribadah adalah dengan menghadirkan rasa ujub, sombong, atau riya di dalam hati mereka. Tidak hanya itu, setan juga akan membujuk manusia untuk mela kukan dosa-dosa yang acap kali tidak mereka sadari seperti bergunjing. Dan Allah SWT bisa saja membolak-balikkan hati manusia se waktu-waktu. Oleh karena itu, kata dia, seorang Muslim tidak boleh berhenti berdoa meminta hidayah kepada Allah agar senantiasa terhindar dari dosa dan segala bentuk kesesatan.
Memeluk erat hidayah sangat memerlukan effort yang luar biasa, kadang jauh lebih sulit dari ketika kita mendapatkannya. Godaan yang silih berganti hadir menggoyahkan keimanan yang mulai tertanam dalam dada, mencerabut akarnya agar mengikuti langkah-langsah syaiton dalam menjerumuskan manusia. Karena sesunggunhya syaiton tak akan rela manusia bisa terus memeluk hidayah dengan erat.
Bentuk kemalasan menjaga hidayah ini bukan hanya tentang perkara ibadah, tetapi bisa juga berupa malas menuntut ilmu, malas melaksanakan ilmu, dan tidak malu berbuat maksiat. Hidayah harus terus dicari dan diupayakan dan tentu pula dijaga, karena ia anugerah terbesar dari Alloh ta’ala yang tiada bandingnya.
Proses spiritual yang dialami seseorang selama hidupnya memang penting dalam membangundan mejagaa hidayah. Akan tetapi, proses akhir dari perjalanan hidup manusia: saat meninggalkan dunia, apakah berada dalam kondisi husnul khatimah atau suul khatimah. Begitu pula halnya dengan hidayah, bisa menjadi bagian dari proses dalam kehidupan manusia.. Sikap istiqamah dalam memelihara dan menjaga hidayah dalam pelukan erat kita itulah yang menentukan hasil yang akan kita dapatkan di akhirat kelak.
Jika keistiqomahan akan keimanan sudah menyatu dalam jiwa, untuk menjaga hidayahNYA, seberapa besar pun godaan menghampiri, kita untuk tetap berada di jalan-Nya, maka kita yakinlah kebenaran yang Allah SWT berikan akan tetap tertanam erat di hati.berhati-hati dalam bertindak, senantiasa menjaga hubungan mesra dengan Allah, menjadi langkah untuk memeluk hidayah agar tak tercerabut dalam dada. Jika hidayah sudah tak lagi bisa digenggam, maka sia-sialah hidup kita menuju kampung akherat.dan senantiasa terus berdoa kepada Allah:
“Ya Muqallibal Quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika” (Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami diatas agama ini). Aamiin.
~Wallahu a'lam bisshowab~
aamiin yaa rabbal alaamiin. semoga kita dapat masuk dalam golongan yang istiqomah memperjuangkan hidayah
BalasHapusAamiin ya Robb, semoga hidayah Allah terus bisa kita peluk hingga Allah memanggil kita pulang dalam husnul Khotimah
BalasHapusAllohumma aamiin..
BalasHapusAamiin ya Robb
BalasHapusYa Allah semoga bisa tetap istiqomah dan terus berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik ya bu. Kadang tuh punya perasaan takut kalau hidayahnya dicabut dan nggak merasakan apa-apa lagi.
BalasHapusIya kak, aku bahkan ngerasa takut apa benar aku mendapatkan hidayah? ngerasa ibadahku kaya ga maksimal banget...sedihh
HapusSemoga kita semua bisa selalu Istiqomah di jalan Allah
BalasHapusAmiin ya Robb
HapusHidayah Allah...suatu preogratif Allah. Semoga saat sudah mendapatkan tidak terlepas..
BalasHapusAamin ya Robb, hidayah itu mahaaall banget dan kita termasuk yang mendapatkannya, semoga
HapusHidayah emang hak prerogative Allah SWT ya kak, tapi kita sebagai hambaNYA wajib menjemput Hidayah. Ya Allah terharu, aku kalau bahas tentang hidayah ini kak.
BalasHapusSelalu ngerasa jadi manusia yang ga bisa membalas kebaikan yang Allah kasih akutuh Kak, ibadah ga pernah berusaha semaksimal mungkin masih suka ikutin nafsu sesaat aja
HapusSemoga kita semua bisa selalu Istiqomah di jalan Allah
BalasHapusAdem sekali baca artikelnya pas lagi mentok bikin tulisan, keren sekali kakak dosen
Tapi ketika nulis ini, aku justru dalam kondisi down banget kak, lewat menulis jadi self healing
HapusReminder banget buat saya nih, Kak. Semoga hidayah Allah tetap bagi kita dan keluarga hingga dimudahkan mengucap kalimat Syahadat saat harus bertemu dengan-Nya kelak.
BalasHapusAamiin ya Robbal'alamin
Hapus