Selasa, 28 September 2021

Inner Child Itu Luka Yang Belum Usai

 


            Melewati masa kecil adakalanya seseorang mengalami masa-masa yang tidak mengenakkan. Dan terus berulang sehingga melekat dalam diri secara tidak sadar. Kejadian yang buruk dan sangat membekas dalam dirinya ibarat sisi kelam dalam alam bawah sadar yang sewaktu-waktu bisa saja teringat ketika di masa dewasa. Banyak kejadian yang bisa menjadi inner child dalam diri seseorang semisal pernah kehilangan orang tua, pernah dilecehkan secara fisik, pernah diabaikan secara emosional, mengalami pelecehan seksual, sakit sangat parah, mengalami bencana alam, mengalami perpisahan dalam keluarga, menjadi korban kekerasan dan lain-lain.

            Sebagian besar orang dewasa yang mengalami luka atau trauma pada masa kecilnya, namun mereka tidak menyadari bahwa mereka masih memiliki Inner child yang tersakiti dalam diri mereka. Kondisi tersebut sebetulnya membutuhkan perhatian khusus, karena jika dibiarkan atau tidak disembuhkan, inner child bisa menjelma menjadi perasaan dan perilaku negatif sampai seseorang tumbuh dewasa, terutama pada kondisi mental. Inner child adalah luka di masa kecil yang belum selesai akan muncul tanpa disadari. Namun sebagai pribadi akan cenderung merasa reaksi yang kita berikan adalah normal, sebab sudah terbentuk sedari kecil. Tetapi bagi orang lain jelas merupakan sesuatu yang negatif.

            Bahkan banyak orang yang sering mengatakan bahwa tingkah laku seseorang terbentuk karena inner child dalam dirinya yang telah berlangsung lama. Inner child, atau dalam bahasa Indonesia berarti anak kecil yang berada didalam diri adalah sosok anak-anak dari diri kita yang masih melekat pada diri kita meski setelah kita dewasa. Jadi Inner child adalah sisi kepribadian seseorang yang terbentuk dari pengalaman masa kecil. Bisa juga diartikan sebagai sosok anak kecil yang masih melekat dalam diri kita. 

            Inner child terbentuk dari pengalaman masa kecil kita dan terbawa meski tak sadar ketika kita dewasa. Anak kecil dalam diri kita ini tidak pergi, tapi menetap dalam diri, membentuk diri kita saat ini dan seringkali menjadi dorongan alam bawah sadar yang kuat dalam menjalani kehidupan seperti membuat keputusan atau merespon masalah. Jika seseorang yang semasa kecilnya merasa sendirian, takut, dan sedih karena tidak adanya dukungan, perhatian, ataupun kasih sayang dari orang tua menghasilkan perasaan tertinggal dan rasa takut ketika dewasa. Pengalaman kanak-kanak yang tidak menyenangkan dalam keluarga dapat terus membekas dalam diri seseorang. Saat tumbuh dewasa, hal ini bisa bermanifestasi dalam berbagai bentuk perasaan dan perilaku negatif. Mulai dari perasaan tidak dicintai, mudah cemas, sulit percaya orang lain, dan lain sebagainya.

            Dan akibatnya bisa saja melakukan hal-hal yang menyakiti dan melukai diri sendiri, menunjukkan perilaku yang merugikan diri sendiri, seperti memiliki perilaku pasif-agresif, ketika marah atau kecewa cenderung dipendam, susah move on, perfeksionis, merasa senang bila selalu memiliki masalah dengan orang lain dan puncaknya sikap kasar yang mengarah kepada kekerasan

            Kita pun harus pandai dalam menentukan mana reaksi yang disebabkan dari luka batin atau lingkungan. Bisa jadi lingkungan yang sedang tidak beres. Mungkin sedang berhadapan dengan orang yang menyebalkan atau mengalami kejadian yang bikin sedih. Tidak baik pula untuk menjadikan luka yang belum sembuh sebagai sebuah alasan atau membenarkan perilaku yang buruk apalagi sampai merugikan oranglain.

            Luka masa kecil bisa diselesaikan oleh individu yang bersangkutan, hanya jika ia menyadari dan mau menyelesaikan isu dalam dirinya. Perlu diketahui bahwa inner child efeknya bisa terbawa hingga jangka panjang. Untuk itu, perlu bagi kita menyelesaikan ini agar dapat menata batin dengan lebih baik karena respon yang kita tunjukkan biasanya berkaitan erat dengan apa yang dialami waktu kecil.

            Proses berdamai dengan diri sendiri tidaklah mudah. Terkadang, kita tidak mampu melakukannya sendiri dan kadang membutuhkan pertolongan orang lain. Pengalaman sedih, takut, malu, tertinggal, kesepian, atau luka lain yang dialami di masa kecil dan belum terselesaikan, dapat berdampak pada kondisi emosional seseorang di masa depan hingga menghasilkan perilaku mal adaptif yang dapat mengganggu produktivitas seorang individu. Karenanya, yuk selesaikan luka masa kecil kita agar bisa hidup lebih baik lagi.

10 komentar:

  1. Berdamai dengan diri sendiri. Melupakan dan memaafkan.ikhlas begitu ya kak doz

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah iya kak, tapi sulit banget tentu saja, perlu banyak support sepertinya

      namun jika berusaha keras inysaAllah bisa berhasil

      Hapus
  2. Sebagai orang tua, sikap apa yang harus diambil agar bisa menyembuhkan hal tersebut, Kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku musti banyak belajar lagi tentang ini, tapi sebagai orang yang memiliki inner child, sebisa mungkin membentengi anak-anak dari hal-hal itu.
      meski pernah juga salah satu anak nyaris menjadi korban, tapi alhamdulillah Allah menyadarkan kami tentang bahaya itu

      Hapus
  3. Innerchild dibawa terus meskipun sudah dewasa. Ada yg menyimpan emosi positif dan negatif. Bahayanya jika emosi negatif yang tersimpan, akan diulang kembali dalam pengasuhan selanjutnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan kadang dirinya ga sadar kalo perbuatannya itu akibat kejadian masa lalu yang harus disembuhkan, karena akan berimbas ke orang-orang sekitarnya

      Hapus
  4. Inner child akan lebih baik jika dalam setiap materi diangkat untuk yang positif. Bukan inmerchild negatif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi jusrtu yang membahayakan adalah jika itu perlakuan negatif yang akan mempengaruhi kehidupannya sekarang

      aku mengalami banget, meski memahami ini harus dihealing tapi sesewaktu muncul juga diluar kendali, itu menyakitkan ketika tersadar bahwa salah

      Hapus
  5. Suka sekali sama artikelnya apalagi pas kalimat, "Proses berdamai dengan diri sendiri tidaklah mudah."
    Kunci inner child itu bener dari proses berdamai dan memaafkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buat korban kondisi seperti ini yang sulit, meski sudah terlewati puluhan tahun silam, bahkan pelaku sudah meninggal tetep aja sakit hatinya masih berasa kak

      proses berdamai dengan diri sendiri ruarrbiyazah sulit

      Hapus

  MODUL AJAR MANUSIA, RUANG DAN LINGKUNGAN     I.           IDENTITAS MODUL                                                 ...